Palu - Jaman memang telah berubah, dahulu jaman-jaman
orangtua kita mereka tidak ingin nikah muda tapi malah dipaksa untuk nikah muda, tidak sedikit mereka kenal dengan calon pendamping sewaktu duduk
dipelaminan. Jaman sekarang, nikah muda seperti menjadi sebuah trend baru dikalangan para remaja.
Benarkah?
Apa sih pernikahan dini? Dengan
umur berapa seseorang menikah bisa dikategorikan sebagai pernikahan dini? Dan
apakah pernikahan dini dilarang oleh negara kita? Pernikahan dini ialah
pernikahan yang dilangsungkan kedua mempelai yang masih dibawah umur 20 tahun.
Tidak ada larangan negara bagi seseorang serusia dibawah 20 tahun untuk
menikah, hal ini tertuang dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974 Pasal 6 ayat 2
dijelaskan bahwa untuk melangsungkan perkawinan seorang yang belum mencapai
umur 21 tahun harus mendapatkan izin dari kedua orang tua. Pada pasal 7 ayat 1
dijelaskan, perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 tahun
dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun. Dan ayat 2, dalam hal
penyimpangan dalam ayat (1) pasal ini dapat minta dispensasi kepada Pengadilan
atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita.
Hal yang tertuang dalam UU No. 1 tahun 1974 ini jelas bertentangan dengan
harapan BKKBN, yaitu pernikahan terjadi di usia 21 tahun bagi perempuan dan 25
tahun bagi pria. Untuk menunjang program BKKBN, batas usia pernikahan ini
sangatlah penting, karena pernikahan dini akan sangat mempengaruhi laju
pertumbuhan penduduk.
Umur 21 tahun bagi
perempuan dirasa paling efektif dan tepat, karena pada usia itu perempuan
diharapkan sudah cukup matang dan siap dari segi mental, psikologis dan
pengetahuannya untuk menjadi seorang istri dan ibu dalam kehidupan rumah
tangganya nanti. Dan umur 25 tahun untuk pria, alasannya karena pada usia itu,
pria sudah siap secara mental, psikologis, pengetahuan dan siap secara ekonomi
untuk menghidupi keluarganya kelak, pria dianggap sudah mapan, menyelesaikan
pendidikannya dan sudah memiliki pekerjaan. Jadi, menikah bukan asal menikah
guys! Tapi untuk jangka yang sangat panjang, menyangkut masa depan keturunan
kita juga nantinya. Its about your choice, are you ready to be a wife, husband,
mom and daddy for ur child?
Seorang remaja belia
modern, haruslah berpikir dengan cara pikir yang modern juga tentunya, haruslah
punya rencana, di usia berapa kita akan menikah, di usia berapa akan program
untuk punya keturunan/anak, di usia berapa kita siap untuk melahirkan, berapa jumlah
anak yang ingin dimiliki (haruslah dilihat dari kondisi ekonomi, waktu yang
anda miliki untuk merawat sang anak kelak, dan lain sebagainya) dan utamanya,
akan menjadi apa keluarga kita nantinya, semua itu haruslah direncanakan dengan
matang sebelum pernikahan terjadi. Itulah program GENERASI BERENCANA yang kita
kenal sebagai Genre. Kmelihat perkembangan zaman, kehidupan remaja yang semakin
bebas dan pernikahan dini yang meningkat tajam, BKKBN merangkul para remaja
sebagai generasi muda untuk menghabiskan masa remaja dengan berkarya, kreatif,
produktif dan berfikiran modern untuk tidak menikah di usia dini. Program ini
sedang gencar dikampanyekan oleh BKKBN, kita bisa lihat iklannya di stasiun
televisi dan sering kita lihat pesannya terpampang di papan reklame jalan-jalan
besar kota Jakarta. Penekanan angka pernikahan dini jelas sangat mempengaruhi
upaya penekanan jumlah penduduk di Indonesia. Kampanye Genre sendiri mulai di
gaungi tahun 2011 lalu. Dengan adanya program Genre, BKKBN berharap usia pernikahan
bisa menjadi 20 tahun, kemudian mencapai 21 tahun.\
Banyak faktor yang membuat angka pernikahan dini meningkat tajam. Yang
pertama ialah kehidupan bebas yang sangat bertolak belakang dengan kultur kita
sebagai orang timur dan semakin menjamur. Kita tahu, saat ini pacaran yang dilakukan oleh pasangan
muda-mudi seringkali tidak mengindahkan norma-norma agama. Hasil sebuah
penelitian (sumber: http://alfiyah23.student.umm.ac.id),
bahwa 90% mahasiswi disalah satu kota besar di Indonesia ini sudah tidak perawan
lagi. Kebebasan yang sudah melampaui batas sehingga banyak pernikahan dini
disebabkan oleh Married By Accident,
tak ayal kalau sudah terlanjur, haruslah bertanggung jawab dengan apa yang
dilakukan, mereka cuma punya tiga pilihan:
1)
menikah walau belum siap dari segi psikologis,
ekonomi dan pendidikan menjadi orang tua,
2)
digugurkan (dan kebanyakan para remaja yang MBA, menggugurkan kandungannya dengan
cara yang tidak sehat, seperti ke dukun, minum ramuan-ramuan aneh dan lain
sebagainya,
3)
melahirkan tanpa seorang pendamping? Have no choice anymore!!
Faktor kedua
ialah faktor lingkungan, melihat sekelilingnya sudah menikah apalagi kalau
teman, tetangga atau sepupu sudah berkeluarga, pastilah ada dorongan sedikit
maupun besar untuk mengakhiri masa lajang juga dan “terpengaruh” dengan para
selebritas Indonesia yang banyak memilih mengakhiri masa muda mereka di usia
yang masih tergolong muda. Tidak bisa dipungkiri, selebriti memiliki pengaruh
yang kuat dan tidak jarang menjadi panutan masyarakat.
Faktor ketiga,
Pernikahan yang terjadi karena desakan keluarga. Pernikahan ini biasanya atas
kemauan orang tua dari si perempuan. Ada beberapa faktor didalamnya:
1)
Menghindari zina, takut dengan perkembangan zama
yang semakin edan, ingin melindungi kesucian sang anak dan kebetulan sudah ada
yang meminta sang anak perempuan.
2)
Ekonomi keluarga adalah faktor yang banyak
kasusnya di Indonesia ini:
a.
Sudah tidak mampu menyekolahkan anak
perempuannya dan ingin terbebas dari tanggung jawab sebagai orang tua.
b.
Terlilit hutang besar dan terpaksa menggadaikan anak perempuannya untuk
dinikahi untuk menutup hutang.
c.
Tidak sedikit orang tua menikahkan anaknya yang
belia karena yang melamar anaknya adalah seorang saudagar kaya (walau umur sang
pria jauh lebih tua dari sang orang tua).
Faktor
keempat, nikah adalah ibadah, nikah menghindari zina. Kalau memang sudah mampu
lahir batin, mampu bertanggung jawab kelak terhadap anak-anak dan istri dan
telah menemukan seseorang yang baik, cocok, dan hal-hal positive lainnya, buat
apa ditunda walau umur masih tergolong belia. Daripada tercebur kedalam
kehidupan seks bebas atau free sex.
So’, itu semua
tergantung kitaJ
Mau menjadi remaja kreatif, sehat tanpa free sex tanpa narkoba dan memiliki
masa depan cemerlang atau menjadi ibu atau ayah dari pernikahan yang tidak di
inginkan, bercerai kemudian karena batin yang tertekan dengan kehidupan ekonomi
pas-pas-an? its not a destiny or faith
but its about ur decision, u take a right choice or not.......... (Fatimah
ThamrinJ
Maret 2012)
No comments:
Post a Comment